Sekali lagi aku menghabiskan novel dari Akiyoshi Rikako yang berjudul Memory of Glass. Yah, sejak jatuh cinta sama Girls in The Dark, aku emang rada kecanduan sama Akiyoshi Rikako. Kali ini emang gak sefantastis Girls in The Dark, tapi buku Memory of Glass cukup seru, dengan thriller tipis-tipis tapi menggigit.

Isi Memory of Glass


memory of glass
Foto novel Memory of Glass: Sori, bukunya sudah tercerai berai, habis mengalami kekerasan oleh balita

Kisah ini diawali dengan adanya kasus pembunuhan yang dilakukan oleh penderita ingatan, Mayuko namanya. Mayuko menelpon polisi dan mengaku bahwa ia telah melakukan pembunuhan terhadap laki-laki yang dulu pernah melakukan pidana pembunuhan acak di mana orangtua Mayuko menjadi salah satu korbannya.


Dengan motif yang sangat jelas, polisi jelas langsung menetapkan Mayuko sebagai tersangka. Namun, dengan waktu berjalan, polisi pun mulai menyangsikan dugaan mereka sendiri karena pertanyaan yang sangat fundamental: apakah seorang penderita ingatan memori bisa memiliki motif yang kuat untuk membunuh padahal mengingat masa sekarang saja memorinya hanya bisa bertahan 20 menit?


Nah, dari sini tersangkanya mulai melebar. Mitsuharu, suami Mayuko, sekaligus seorang wartawan yang tidak sengaja menabrak Mayuko, juga mulai dicurigai polisi sebagai tersangka. Dengan memanfaatkan kelemahan Mayuko yang tak bisa mengingat dalam jangka waktu yang panjang, suaminya jelas sangat bisa untuk memanipulasi mayuko sehingga ia ‘terpaksa’ mengaku sebagai pelaku pembunuhan.


Tipuan di Memory of Glass


Yeps, seperti semua novel genre thriller di mana punya ending menipu, kisah ini juga diakhiri dengan tipuan. Meski plot twistnya gak gitu wah, tapi esensi manis khas Akiyoshi Rikako selalu bisa membuat aku sebagai pembaca merenung sejenak tentang arti sebuah keluarga.


Hubungan Mayuko dan Mitsuharu yang rumit menjadi titik sentral di cerita ini. Perjuangan seorang suami yang merawat istri dengan penyakit memori juga menjadi dasar dari thriller ini, bagaimana sebuah penderitaan merawat orang yang sakit mungkin bisa menyulut niat jahat di dalam hati. Rutinitas merawat anggota keluarga yang sakit berkepanjangan memang berat, karena berpengalaman dalam hal ini jugalah yang membuat detektif yang menyelidiki kasus Mayuko menaruh kecurigaan yang sangat besar pada Mitsuharu.


Sudut pandang cerita ini ada dua, pertama dari Mayuko dan dari detektif yang menyelidiki kasusnya. Dua sudut pandang ini dituliskan dengan selang-seling, sehingga pembaca bisa memahami jalannya penyelidikan sekaligus memahami apa yang terjadi pada Mayuko setelah ia ditahan untuk sementara waktu di penjara.


Kesan Pesan Memory of Glass


memory of glass pembunuh

Novelnya Akiyoshi Rikako selalu punya sisi manis di tengah kejahatan yang kering kerontang. Makanya, aku hampir bisa ingat dari setiap novelnya sisi manis apa yang ditonjolkan dalam masing-masing kisahnya. Kalau Memory of Glass menceritakan beratnya mengurus anggota keluarga yang sedang sakit. Perjuangan yang keras ini kadang membawa hati manusia menuju kegelapan.


Novel Burning Heat mengisahkan bahwa balas dendam hanya akan membakar diri sendiri, sesuai banget sih sama judulnya. Novel Scheduled Suicide Day berisi tentang tingginya kasus remaja yang bunuh diri di Jepang. Kalau Girls in The Dark, yah ini sih murni cerita sadis aja, wkwk.


Sudah dulu, sekian senam jari hari ini. Aku mau cuci piring. 


Baca juga: Finding My Bread, Bukan Buku Motivasi