Sudah lama aku gak nulis review buku, bukan karena gak baca buku, tapi karena baca buku tapi gak selesai. Haish, belakangan ini aku emang baca buku setengah setengah, mulai dari Red Queen gak selesai, Seni Memahami Kekasih gak selesai, sampai novelnya Akiyoshi Rikako yang baru aku beli online pun terhenti di tengah. 

review buku

Yah, gimana ya, rasanya fokusku belakangan ini mudah terdistraksi. Mudah tergoda dengan buku baru, mudah tergoda dengan berita dan medsos, kalau gak Ig, ya Youtube, ya Twitter. Pokoknya, tiap baca buku jadi gak fokus makanya gak bisa selesai. 


Fuah, gini memang kalau hidup di tengah kondisi serba cepat, serba mudah, dan serba instan. Rasanya gak ada jeda untuk bosan, selalu ada hiburan dan informasi baru yang sebenarnya gak penting-penting amat untuk diketahui, kita benar-benar dibanjiri informasi, banjir bandang.


Mungkin batasan untuk buka media sosial jadi hal yang perlu dilakukan untuk tetap menjaga rentang fokus agar tetap lebar. Membaca dalam waktu yang lama kini tak bisa lagi aku lakukan lantaran hampir selalu membuka medsos di antara jeda membaca. Entah juga mengapa sampai segitunya, kayanya aku emang butuh jeda dari media sosial.


Bicara soal rentang fokus yang menurun karena media sosial, hal ini juga dibahas di Podcast Raditya Dika dengan dokter kejiwaan. Habis menonton video pendek membuat kita jadi gak bisa punya fokus yang panjang. Biasanya, kalau habit ini sudah terbentuk, kita jadi gak bisa menikmati video sepanjang 10 menit atau lebih, gak bisa menikmati nganggur dan memandang langit-langit, atau nggak lagi bisa baca buku dalam waktu lama.


Menurut dokter jiwa itu, leluhur kita punya kebiasaan untuk memandangi api unggun setelah berburu. Hal ini terkait dengan kebutuhan tubuh untuk relaksasi. Istirahat atau relaksasi bisa dilakukan dengan tidak melakukan apa-apa, tidur, atau membaca. Kebutuhan tubuh untuk tidak terdistraksi dengan apapun adalah sesuatu yang sesekali perlu dilakukan, mengistirahatkan telinga dari musik, mengistirahatkan mata dari telepon genggam, dan mengistirahatkan pikiran dari overthinking.


Stimulasi yang berlebihan pada manusia sebenarnya sangat melelahkan. Bayi yang mendapat stimulasi berlebih biasanya akan rewel setengah mampus, kalau orang dewasa yang begitu biasanya juga akan tantrum dalam bentuk lain: mengomel, bad mood, dll. 


Makanya, seorang ibu yang hampir selalu tidak pernah beristirahat dari kegiatan mengasuh anak perlu banget untuk dapat jeda untuk menjaga kesehatan mentalnya. Terlalu banyak stimulasi sangat mempengaruhi tubuh menjadi mudah lelah, emosi mudah meledak, dan fokus menjadi hilang. Akhirnya, tujuan mengasuh anak menjadi kabur karena kelelahan dengan rutinitas setiap harinya. 


Btw, paragraf awal artikel ini adalah tenang kangen menulis review buku dan diakhiri dengan keluhan soal stimulasi yang berlebihan. Fuah, rasanya kemampuanku untuk menjaga fokus artikel jadi gak fungsi lagi. Gagasan artikel ini meluber ke mana-mana. Gagasan pokoknya gak jelas. Pada akhirnya, aku mau menulis laporan dulu aja. Bye.