Belakangan ini aku emang lumayan ngikutin perkembangan cinta-cintaan anak SMA di anime yang berjudul Condition Called Love. Asli sih, ini kisah cinta anak SMA yang plotnya lambaaaaat banget. 

Begitu dapet, sudah oke untuk suka-sukaan juga, gak gitu ada konflik yang berarti. Jadi, ya jangan berharap ini akan seru dengan banyak gejolak, prosesnya lebih ke arus pelan yang akan membawamu jauh ke tengah laut, lepas dari daratan, dan tersesat selamanya. 


Kisah A Condition Called Love


condition called love

Btw, anime ini masih on going di Netflix jadi aku juga masih ga tau endingnya, tapi yah palingan yah gitu-gitu aja endingnya. Tersebutlah Hotaru, siswi SMA yang terbilang baik hati dan sangat polos tentang suka-sukaan justru malah mendapatkan penyataan cinta dari Hananoi, siswa paling cakep di sekolahannya. 


Pasalnya, Hananoi ini kesengsem sama Hotaru lantaran pertolongan Hotaru saat dirinya gak bawa payung pas salju lagi turun. Intinya, Hananoi terkesima sama kebaikan hati Hotaru. Banyak siswa yang bilang bahwa Hananoi jelas hanya mempermainkan Hotaru, mana mungkin Hananoi menyukai gadis polos seperti Hotaru, dll. Namun, atas kesepakatan bersama, akhirnya Hotaru menawarkan untuk pacaran on trial sampai Natalan bersama Hananoi. Mantap, pacaran pun ada trialnya juga. Good choice.


Pada perjalanannya, Hananoi sepertinya adalah anak yang menyimpan banyak luka. Ia adalah anak yang ditinggal orangtuanya dan hidup sendiri. Ia memiliki emosi yang rumit, yang kadang aku pun sebagai orang dewasa merasa bahwa anak remaja kok bisa punya karakter serumit ini. 


Nah, mungkin kerumitan Hananoi inilah yang akan jadi konflik akhir dan paling kompleks dari anime ini. Kalau dari Hotaru sih fine aja, dia gak ada kendala dan masalah.


Karakter Obsesif sebagai Pacar di A Condition Called Love


condition called love

Sebagai karakter setengah badboy, Hananoi jelas akan memiliki jiwa posesif dan obsesif yang makin ke sini makin kelihatan. Emm, sebenarnya karakter posesif emang hal lumrah ya dalam anime cinta-cintaan. Tapi, kayaknya sih anime ini akan mengupas sisi posesif dari Hananoi sehingga kemungkinan besar sifat ini menghilang seiring karakter Hananoi yang berkembang tiap episodenya. 


Soalnya nih ya, karakter Hananoi setelah pacaran sama Hotaru agaknya jadi berubah lebih baik, misalnya jadi punya prioritas yang benar, tidak membebani diri sendiri secara berlebihan cuman demi cinta, mulai masak di rumah, memiliki hubungan dekat dengan neneknya, sampai mulai berteman dengan orang lain. Yah, Hananoi emang digambarkan sebagai sosok ganteng nan pintar tapi karakternya kacau. Aih, Hotaru…. kau beruntung banget, sih!


Ada nih di episode barunya di mana Hananoi menempelkan kepalanya di kepala Hotaru sambil berkata, “Aku ingin saat kita berciuman nanti kau juga sama bahagianya denganku, kalau kau nanti sudah ingin melakukannya langsung beritahu aku, ya.” Weleh, aku jadi ikut meleleh mendengar gombalan anak SMA yang sarat dengan cinta begini, wahahaha. 


Masa SMA dan Cinta-cintaan di A Condition Called Love


condition called love
(gambar dari Hypermanga)

Aku sudah lama gak menikmati buku atau film tentang kisah cinta masa sekolah, soalnya berasa garing dan membosankan. Makin tua rasanya selera soal cinta-cintaan emang makin mature juga. Rasanya gak pengen aja lihat cowok cewek kelahi di kantin gara-gara gak balas chat, nah kejadian gini gak ada tuh di Condition Called Love. 


Anime ini emang gak menggambarkan kematangan anak SMA yang sebenarnya, sih. Kisah ini emang dibuat untuk dinikmati aja, gak untuk dijadikan bahan rujukan kehidupan. Tapi, okelah untuk menambah khasanah pergombalan duniawi. Semangat Hananoi-kun, semoga hidupmu Senin terus dan semoga Hotaru suka sama cowok lain di episode akhir.


Baca juga: Belajar Masak dari Anime Delicious in Dungeon