Aku berkeringat bahkan di tengah gemuruh angin dari Air Conditioner di dalam minimarket. Aku tahu ini bukanlah dosa, aku tidak mungkin melakukannya dengan sembarang. Tapi mana mungkin orang lain ingin tahu kebenarannya. Tidak ada orang yang peduli, semua hanya berprasangka, tanpa memiliki keinginan untuk tahu, bahkan tak punya kepedulian untuk tahu.
Aku memilih satu bungkusan warna biru. Firasatku sudah buruk, ‘Sialan’, aku memaki di dalam hati. ‘Lain kali aku akan menyuruh Kaila.’
Kasir minimarket hanya tersenyum kecil ketika melihat bungkusan biru yang ku letakkan di meja kasir. Ia bertanya seperti mesin yang sudah aku hapal, “Mau pulsanya sekalian kak?”
“Tidak.” Aku menjawab singkat, cepatlah. Aku sudah ingin pulang.
“Baik, barangnya kondom merek Durek Extra Safe satu ya pak. Barang ini sedang ada promo beli dua gratis satu. Bapak berminat?”
Sudah gila ini orang, kasir ini pasti sudah gila. Aku merebut barang terlarang itu dan membawanya masuk ke dalam kantong celanaku. Ibu-ibu di belakang menunjukan wajah terkekeh tertahan. Aku yang sudah kadung malu tentu tetap harus bertahan untuk membayar kondom Extra Safe sialan itu. Kasir itu tetap mempertahankan senyumnya yang kini sudah mulai terlihat menyebalkan.
Setelah menerima kembalian, aku segera keluar dari minimarket dan pulang sambil menggerutu. Kalau tahu begini Kaila saja yang beli. Aku akan menolak keras ketika Kaila akan menyuruhku untuk beli ini lagi sendiri, apapun ancaman yang akan ia katakan.
Kaila ada di rumah sedang menggoreng tomat dan cabai. Sepertinya, ia kaan menguleknya dan membuat sambal tomat seperti minggu lalu. Hari ini ia memang sudah menjanjikan lauk lalapan, sambal ulek, dan ayam goreng kampung yang sudah dipresto demi bisa menyuruhku membeli kondom sendiri. Pelatihan sejak dini, katanya.
“Sudah berhasil beli kondomnya? Gampang kan?” Kaila tersenyum manis tapi tetap saja aku ingin mengomel panjang lebar.
“Kal, aku gak mau lagi beli kondom sendiri. Kamu aja lah yang beli, toh aku juga gak masalah kamu hamil.” Aku mengutarakan kalimat andalanku: aku gak masalah kamu hamil.
“Jangan gitu lah mas, kamu kan tahu sendiri kalau aku masih nulis tesis. Sedikit lagi aja, ya. Aku takut keteteran. Malah enak begini dulu kan, berasa pacaran sama mahasiswa.”
Aku menghela napas, “Iya, iya. Tapi nanti kamu aja yang beli kondomnya. Aku malu sama kasir minimarketnya. Masa aku ditawari beli dua gratis satu.”
“Kenapa gak beli dua?” Jawaban dari Kaila yang sudah sangat aku duga, pasti ia akan menyesali kenapa aku tidak mengambil promo memalukan itu.
“Ogah, nanti dikira aku mau party beli kondom banyak-banyak.”
Baca juga: Ayah, Aku juga Ingin Merokok (Cerpen)
0 Comments
Post a Comment