Jurnal Perjalanan Ke Ujung Selatan Kalimantan


Belakangan ini, aku mendapatkan ‘kesempatan dalam keterpaksaan’ untuk mengeksplorasi ujung Kalimantan, tepatnya menjalani rute Samarinda sampai ke Tanah Grogot.


Well, segala hal yang baru pastilah terasa sulit kan. Di dalam pikiranku semua kemungkinan buruk saling berebut minta perhatian. 


Rasanya sesak di pikiran dan juga sesak di dada. Berat sekali untuk memuali perjalan baru dan berat meninggalkan keluarga serta anak di rumah. Tapi, sepanjang masih butuh gaji, maka segalanya mesti dilakoni. 


Perjalanan Pertama Menuju Ujung Selatan Kalimantan Timur: Samarinda ke Tanah Grogot


samarinda ke tanah grogot
Untuk pertama kalinya, aku mesti menempuh perjalanan sekitar 308 km. Di tengah perjalanan pun, mesti menggunakan feri penyeberangan untuk sampai ke sana. 


Perjalanan ini dimulai dari jam 8 pagi dari kota Samarinda. Butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai ke dermaga penyebrangan menuju Penajam Paser Utara. Cuacanya cukup mendung-mendung manja, sangat kondusif untuk rebahan dan baring-baring di kasur. 


Semua anggota sunmori terlihat bahagia di foto. Senyum sumringah meski ada beban mental karena ada keluarga yang ditinggalkan, meski mesti menyediakan effort lebih untuk bisa memenuhi tuntutan kerja. Namanya juga budak korporat, yoo mesti woles dan nerimo.


Rute Samarinda-Balikpapan


samarinda ke tanah grogot

Untuk Samarinda-Balikpapan, jalannya aman sentosa. Aspalnya mulus mirip anak gadis yang sering skincare, meskipun jalannya berkelok mirip hubungan yang tidak jelas mau dibawa ke mana di masa depan. 


Di tengah jalan, mungkin anda bisa menemukan warung makan besar Tahu Sumedang yang sudah legendaris itu. Kalau laper ya monggo makan, kalau nggak bisa tuh beli gorengannya aja yang enak banget; pisang goreng kipas atau tahu Sumedangnya.


Rute Penyeberangan Fery ke Penajam Paser Utara (PPU)


samarinda ke tanah grogot

Jujurly (wkwk), ini pertama kalinya aku menyebrang pakai kapal ferry menuju PPU. Ternyata segalanya mudah dan terbilang cukup terjangkau lah. Biaya penyeberangan untuk motor sekitar 30 ribu dan orang dewasa 10 ribu. 


Begitu kendaraan masuk ke dalam ferry, kita akan dituntun petugas yang ada untuk merapikan kendaraan sedemikain rupa. Setelah urusan ini rampung, langsung deh capcus menuju kabin atas untuk duduk istirahat, makan, plus foto-foto sembari menunggu kapalnya merapat ke PPU.


Durasi penyebrangannya memakan waktu sekitar 1 jam. Cukup oke kan istirahat satu jam untuk memulihkan tenaga.


Rute PPU-Paser

samarinda ke tanah grogot

Untuk menuju ibukota Paser yakni Tanah Grogot, setidaknya kami membutuhkan waktu sekitar 3,5 jam. Kalau waktu segitu dibuat pacaran pasti terasa cuman sebentar. Tapi kalau dibuat duduk di motor sambil menikmati jalan poros yang kayak nggak ada ujungnya itu, rasanya pegel juga. Pundak berasa patah, pinggang linu-linu, dan hati porak poranda. Wkwk.


Selama di perjalanan, ada berbagai macam pemandangan yang bisa dinikmati. Mulai dari kebun orang, sawit, perkantoran, sampai kantor bupati. Okelah untuk memanjakan mata. 


Selama di perjalanan kemarin, kami sempat berhenti sebentar untuk berteduh. Belakangan ini Kaltim mendung melulu. Dari pagi, awan sudah berwarna abu-abu dan menjelang sore hujannya tumpah-ruah kayak air mata. Duh, syedih.


Catatan Perjalanan Rute Samarinda ke Tanah Grogot

samarinda ke tanah grogot

Perjalanan bersama teman kerja tentu berbeda dengan perjalan bersama teman sekolah. Dengan tujuan yang berbeda-beda, tentu kami berusaha untuk saling menjaga kepentingan masing-masing agar semuanya terpenuhi. 


Meskipun begitu, di antara rasa saling menjaga agar semua hak dan kepentingan individu terpenuhi, rasanya tetap terselip perasaan hangat. Kami saling bercanda dan melupakan sejenak keluh kesah di dalam hati masing-masing. 


Tempat kerja memang bukan taman bermain, jadi nggak usah begitu terkejut ketika mendapatkan kesulitan yang mungkin datang dari segala arah. Sehingga, ketika mendapatkan teman yang nyambung, nyaman, dan nggak ada motivasi buruk untuk menjalin interaksi, mesti segera disyukuri dengan sepenuh hati. 


Sekian catatan perjalanan tanggal 12-14 Januari 2022. Semoga ada catatan perjalanan lain dengan rute yang berbeda.


Baca juga: Refleksi 2021, Mimpi dan Kompetisi dengan Diri Sendiri