Cerita dari George Orwell memang nggak pernah biasa sih, baik yang 1984 ataupun yang Animal Farm. Gagasannya pasti akan meninggalkan jejak di dalam pikiran, seperti mantan yang udah lewat, seperti utang di pinjol, seperti skripsi yang nggak selesai. Berbekas dan meninggalkan luka… wkwk.

animal farm

Sebenarnya, Animal Farm bisa dibilang adalah sebuah dongeng. Cerita tentang imajinasi tentang hewan yang melakukan pemberontakan terhadap manusia. Para hewan di peternakan tersebut percaya bahwa manusia melakukan eksploitasi secara berlebihan sehingga mereka tidak bisa istirahat. 


Karenanya, pemberontakan dilakukan dengan rencana yang matang sehingga berhasil menyingkirkan Pak Jones, si peternak dari rumahnya sendiri. Setelah kelompok hewan ini berhasil ‘merdeka’, mereka membuat kesepakatan yang disebut Binatangisme. Dengan prinsip ini, mereka berharap bisa hidup merdeka dari segala penjajahan dan eksploitasi. Lalu, apakah berhasil?


Tentu saja tidak ferguso. 


Pada awalnya, semua sistem terlihat berjalan dengan baik. Para babi yang menjadi dewan perwakilan binatang menentukan bagaimana pembagian kerja, ransum, sampai soal pensiun dari seluruh binatang yang ada di peternakan Manor. Ngeri, kan?


Lalu, gejolak terjadi lagi ketika kepemimpinan babi mengalami dualisme. Ada dua pendapat yang memiliki visi berbeda. Perbedaan kepemimpinan tentu akan menghasilkan ketidakefisienan, sehingga salah satu babi menyingkirkan lawan politiknya dan penderitaan para binatang dimulai dari sini.


Babi dan Bahasa Politik

animal farm

Hal yang paling mengesankan dari pemerintahan babi di peternakan Manor adalah cara-cara mereka untuk bisa membuat para bintang begitu bangga dengan status merdeka tersebut. 


Padahal, sistem eksploitasi dan pemaksaan kerja juga berlaku setelah Jones hengkang dari peternakan. Para binatang begitu bahagia karena merasa bekerja untuk diri sendiri, mereka rela untuk untuk banting tulang lebih keras daripada sebelumnya. 


Selain soal prinsip, kepemimpinan babi juga berhasil membuat bahasa politik yang begitu ciamik. 


Pada awalnya, isi aturan di dalam prinsip Binatangisme adalah “Dilarang membunuh sesama hewan”. Lambat laun, prinsip ini berubah menjadi “Dilarang membunuh sesama hewan, tanpa alasan”.


Ada juga aturan tentang larangan minum alkohol. Sama dengan aturan sebelumnya, yang ini pun mengalami perubahan menjadi, “Dilarang minum alkohol … dengan berlebihan.” Aiiih, ngeri kan?


Merenungi Ending Animal Farm


Pasca baca Animal farm dipastikan pikiran akan mengelana dengan liar. Pertanyaan esensial mungkin akan meluap bagai banjir bandang di dalam pikiran masing-masing pembaca. 


Setelah baca buku ini pun, saya melamun sebelum tidur tentang penulisnya. Kok ya bisa buat cerita begitu kompleks dengan analogi hewan. Masing-masing hewan pun dengan tepat mewakili karakter di dalam cerita, misalnya babi yang serakah dan tamak jadi pemerintah licik, domba yang gak punya pendirian jadi simpatisan pemerintah babi, kuda yang kuat jadi rakyat loyal yang punya ending tragis. Hiks, kasihan si kuda.


Akhir novel ini memang dibuat nggak hepi ending. Pada dasarnya ini memang bukan novel yang menitikberatkan pada akhir, melainkan memperlihatkan proses pemerintahan babi yang di dalam cerita itu sewenang-wenang dengan cara-cara yang halus.


Poin penting yang menurut saya lumayan seru adalah:


  1. Adanya sekelumit kisah kuda yang begitu royal. Bekerja siang malam demi kesejahteraan para binatang dan demi cita-cita pensiun dengan sejahtera tapi berakhir pupus. Akhirnya, ia tidak pensiun, mati sakit karena kelebihan beban kerja, dan berakhir di tempat penjagalan hewan. 

  2. Adanya tokoh babi yang selalu menyebarkan isu palsu demi kepentingan pemerintahan Napoleon. (nama tokoh babi yang jadi pemimpin di peternakan Manor)

  3. Endingnya di mana babi kini berdiri dengan dua kaki. Slogan ala Peternakan Manor. “Empat kaki lebih baik dari dua kaki” langsung berubah menjadi “Empat kaki memang baik, dua kaki lebih baik lagi”. 


Aiiih, atuut. 


Animal Farm bisa dibaca di aplikasi Ipusnas meski ya harus bersabar karena antriannya panjang banget.

Judul: Animal Farm
Penulis: George Orwell
Halaman: 148
Penerbit: Bentang Pustaka