Baru-baru ini saya aja baru mau menyelesaikan dua buah judul drama korea dengan kisah tamat yang serupa, yakni open ending yang menggantung dan bikin geregetan, judulnya Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo dan A Korean Odyssey.

Kisah endingnya sama sih, yakni tokoh utama laki-laki dan perempuan yang saling mencintai ternyata terpisahkan oleh kematian. Tokoh laki-lakinya yang ditinggal sendiri merasa amat tersiksa dan bertekad untuk mencari tokoh perempuan yang sudah dibawa ke alam barzah. Wadidaw, what a true love, wkwk. 

Pada awalnya, saya bukan termasuk pecinta open ending semacam ini. Rasanya tuh kayak menelan duri dan gak seharusnya tokoh utama dperlakukan sekejam iu setelah melalui banyak cobaan hidup. But, seiring waktu berjalan dan makin tambah usia,  ending yang gak jelas begini ternyata lebih asyik dan lebih memorable ketimbang ending bahagia yang membawa impact biasa-biasa aja. 

Saya jadi ingat drama Crash Landing in You, di mana second lead Go Seung Jon ditakdirkan mati oleh sutradara dan mengundang banyak protes dari fans drama ini. Hem, padahal kalau dipikir-pikir, seandainya Go Seung Jon dibiarkan hidup, maka drama ini malah terasa hambar. Ending yang sedikit pahit begini sudah pas kok menjadi akhir cerita.

Drama Scarlet Heart yang saya tonton sebenarnya juga termasuk kejam sih. Tapi, ya karena ini merupakan drama adaptasi sejarah tentang raja Joseon yang kejam, maka ceritanya tentu gak boleh dipuntir terlalu tajam. 

Sejarah aslinya itu sendiri ternyata gak beda jauh sama kisah yang ada dalam drama tersebut. Kisah ini bercerita tentang raja Joseon 4 yang terkenal sangat kejam dan tak segan-segan membunuh lawan politiknya, yakni Gwanjong atau Wang So, tokoh yang diperankan oleh Lee Joon Ki. 

Baik dalam film maupun sejarah aslinya, tokoh Gwanjong ini memang benar hanya menikahi dua orang wanita, jauh lebih sedikit dibandingkan ayahnya yang bahkan memiliki istri lebih dari dua puluh orang demi membangun sistem politik yang kuat.

Dua orang wanita ini mirisnya bukanlah wanita impian si Gwanjong itu sendiri, (menurut cerita versi drama). Tokoh Hae Soo yang diperankan IU, hidup dalam istana tanpa status, bukan selir maupun istri raja, karena ia memiliki bekas luka di tubuhnya, sesutau yang haram dimiliki oleh seorang istri raja. 

Selain soal kisah cinta, pertumpahan darah dalam istana demi mendapatkan tahta juga cukup asyik buat diikuti. Kita akan memahami bahwasannya kehidupan rumah tangga monogami saja sulit buat dijalani, apalagi dengan lebih dari 20 istri, dengan anak laki-laki yang jumlahnya belasan. 

Pertumpahan darah karena mengincar tahta adalah suatu keniscayaan dalam sebuah susunan keluarga kerajaan. Kalau mau lihat versi aslinya di zaman sekarang, bisa tuh mengikuti soal krisis politik di arab saudi yang saat ini sedang terjadi. Di masa Raja Salman sudah sepuh begini, banyak sepupu dan relasi kerjaan yang justru memanfaatkan momen ini demi kepentingan politik. 

Rencana kudeta sampai penangkapan beberapa pangeran kerajaan karena dugaan makar, membuat suasana dalam kerajaan arab saudi menjadi gaduh. Apalagi harga minyak dunia sedang turun begini. Sebaiknya TVN atau KBS membuat script cerita berdasarkan kejadian nyata di Arab Saudi saja, sepertinya cukup seru.

Yak, mari kita beralih ke cerita kedua, yakni A Korean Odyssey. Ini adalah cerita adaptasi sebuah dongeng lawas tentang pencarian kitab suci oleh kera sakti dkk. Masih ingat?

Tapi, kali ini dibuat versi drama koreanya, di mana tokoh kera sakti diperankan babang ganteng Lee Seung Gi dan tokoh rahibnya diperankan oleh seorang wanita, Oh Yeon Soo. Well, khas drakor, sudah pasti Oh Son Go, tokoh kera sakti ini akan jatuh cinta setengah mati dengan tokoh rahib sakti Jin Son Mi (yang diperankan Oh Yeon So).

Dan sesuai dengan cita rasa drama korea, tokoh kera saktinya dibuat sangat tampan, tanpa bulu-bulu seperti film kera sakti yang dulu pernah kita tonton. Siapa yang masa kecilnya pernah menikmati serial kera sakti dan hapal lagunya? Kalau ada, berarti kita seumuran. 

Kisah di sini disusun cukup epik sih, tanpa meninggalkan bagian-bagian yang penting dalam kisah aslinya, tapi tetap membawa cita rasa ala drakor tentunya. 

Ceritanya, sedari kecil, tokoh Jin Seon Mi memang sudah bisa melihat hantu. Pada suatu ketika karena sebuah perjanjian, ia masuk ke dalam hutan dengan niat mengambil sebuah kipas sakti milik dewi kahyangan. Kemudian, ia bertemu dengan tokoh On Son Go yang kala itu sedang dikurung karena telah melakukan sebuah dosa. 

Di sana, ia tanpa sengaja melepaskan dewa kera tersebut dengan balasan sebuah kontrak seumur hidup bahwa Oh Son Go akan menjaganya dari segala marabahaya dan akan datang kepadanya hanya dengan memanggil namanya saja.

Tepat ketika kera itu bebas, ia mengambil memori tentang namanya dari kepala Jin Seon Mi. Petualangannya dimulai dari sini.

Dua puluh lima tahun kemudian, di sebuah persimpangan jalan, ia bertemu lagi dengan Oh Son Go yang masih berwajah sama. Jin Seon Mi ini sendiri memiliki darah suci yang katanya bisa mengubah iblis menjadi sangat kuat. Oh Son Gi yang memang sangat kesal dengan kayangan, ingin memakan Jin Seon Mi tapi terhalang oleh kontrak yang ia buat dua puluh lima tahun yang lalu.

Setelah semua kesulitan dan resiko hampir dimakan oleh dewa penjaganya sendiri, Jin Seon Mi berhasil memasang geumganggo pada lengan Oh Son Go. Alat ini memiliki fungsi yang serupa pada serial monyet kera sakti yang asli, yakni memberikan rasa sakit pada pemakainya jika tidak mematuhi keinginan pemilik geumganggo. Tapi, geumganggo yang ini memberikan rasa sakit bukan secara fisik, melainkan dengan siksa psikis. 

Bagaimana caranya? Di sinilah kejeniusan penulisan script Drakor. Geumganggo versi baru ini membuat pemakainya jadi sangat jatuh cinta pada pemilik, singkatnya pelet cinta dalam bentuk gelang.

Seiring waktu berlalu, Oh Son Go benar-benar jatuh cinta setengah mati pada Jin Seon Mi. Endingnya cukup sedih, mereka ditakdirkan untuk saling membunuh, seperti takdirnya Lord Voldemort dan Harry Potter, salah satu bertahan sementara yang lainnya akan mati. Hahaha. 


After Effect menonton Open Ending Drakor


Saya cukup merasa terusik sih. Apalagi Scarlet Heart Ryeo, berakhir dengan kisah di mana Gwanjong sendirian di istana dan berkata dengan kalimat, “Aku akan mencarimu Hae Soo, bahkan jika membutuhkan 1000 tahun lamanya.”

Well, manusia gak akan hidup selama itu juga sih bang. Kenapa ga ngebacot sesuatu yang realistis sih? Oh, iya, ini kan drama korea.

Jadi, gegara kalimat yang menggantung itu, banyak fansnya di youtube membuat sendiri kisah endingnya. Mereka membuat video happy ending dengan memadukan potongan adegan dari drama lain, seolah-olah itu adalah adegan pertemuan Lee Joon Ki dan IU di dunia modern. Pastilah mereka gemas ingin menemukan mereka berdua kembali karena endingnya yang menggoda begitu. Bagaimanapun, jika drama ini ada sekuelnya saya pasti akan menontonnya, karena IU dan Lee Joon Ki punya chemistry yang cukup oke.

Eh, saya jadi ingat tentang ending AADC yang punya sekuel mengecewakan. Mungkin juga sebaiknya drama ini lebih baik begini saja, tanpa sekuel dengan happy ending yang membosankan.