Because This is My First Life

Saya baru merampungkan lagi drama korea yang dirilis tahun 2017 silam, Because This is My First Life. Sebagai drama Korea yang bergenre chiklit, ceritanya cukup menarik loh. Saya juga agak tak menduga dapat ketagihan dengan drama yang kisahnya biasa-biasa saja seperti ini.  Mungkin pesona drama ini terletak pada karakter para tokoh utamanya yang unik semua.

Blurb

Ini adalah kisah seorang laki laki, Nam Se Hee yang melakukan kawin kontrak dengan perempuan yang menyewa kamar di apartemennya, Yoon Ji Ho. Awal pertemuan mereka pun dibuat sangat lucu. Di mana Yoon Ji Ho menyewa kamar di apartemennya Nam Se Hee, tapi ia tak tahu bahwa pemiliknya adalah laki laki. Mereka tak pernah bertemu selama beberapa hari dan hanya berhubungan lewat telepon genggam.

Singkat cerita, Nam Se Hee sangat membenci paksaan menikah dari ibunya. Dengan alasan itu, ia memutuskan untuk menikah kontrak saja dengan Yoon Ji Hoo. Yoon Ji Hoo pun berpikir bahwa itu ide yang bagus karena saat itu ia sedang sangat putus asa mencari tempat tinggal di Seoul. Sehingga, tawaran dari Nam Se Hee terasa begitu logis sekaligus solutif.

Tapi, konfliknya tentu tidak akan berakhir di situ pemirsah, huahaha. Perkembangan masalah sekaligus jadi perkembangan karakter para tokoh utama akan terasa begitu pelan tapi manis. So, silakan ditonton yak.

Kisah Meraih Mimpi yang Begitu Berliku

Salah satu yang menarik dalam drama ini ialah mimpi Yoon Ji Hoo untuk jadi seorang penulis. Ada satu titik di mana ia berasa sangat mentok, sampai ia berkata,"Aku bermimpi seperti sedang berjalan di sebuah terowongan panjang tak berujung."

Aih, seenggaknya saya jadi punya gambaran lah mengapa cita-cita yang tinggi bisa disebut mimpi, hahaha. Saya juga jadi sedikit sadar bahwasannya perasaan menikmati perjalanan haruslah ada dalam meniti kisah menuju cita-cita, betul?

Persahabatan Beda Karakter

Ini juga jadi cerita sampingan yang menarik, di mana kisah cinta kedua teman Yoon Ji Ho juga memiliki konfliknya masing-masing. Ho Rang, gadis ceria tapi agak bodoh bertemu dengan kisah di mana kekasihnya masih takut untuk menerima pernikahan. Sedangkan Woo Jin, gadis tomboi berkarakter kasar namun sebenarnya lembut, juga terbentur oleh kisah di mana ia menutup diri bahkan terhadap laki laki yang amat menyukainya.

Kisah Woo Jin sebenarnya mengandung pesan yang lumayan berat loh. Di mana perempuan yang bekerja memang kadang mendapat pelecehan verbal dari rekan laki-lakinya. Enaknya diapain ya laki-laki model begini? Kita serempet motor matic aja yuk mak emak!

Pernikahan Bukan Penghalang Mimpi

Ini juga jadi poin penting bagi saya dalam film ini. Ada scene di mana Ji Hoo diminta kembali menuliskan script drama. Ia ingin menolaknya tanpa harus mengungkapkan alasan sebenarnya, jadilah ia mengatakan bahwa dirinya sudah berhenti menulis karena menikah.

Sang CEO tersebut menjawab bahwa itu alasan yang konyol. Scene dilanjutkan dengan perenungan diri Ji Hoo tentang perkataan si CEO tersebut. Kadang pernikahan dapat jadi perisai atas sesuatu yang kita enggan kerjakan. Padahal, tak seharusnya pernikahan jadi batu penghalang atas sebuah hasrat dan mimpi.

Ruang 19, Ruang Pribadi dalam Sebuah Pernikahan

Ini dia poin juara yang begitu ditonjolkan dalam drama ini. Ada sebuah buku yang judulnya ialah Room 19. Ini adalah kisah di mana sebuah rumah tangga pun perlu memiliki ruang pribadi masing-masing. Ruang pribadi di sini maksudnya bukan dalam bentuk fisik yak.

Pernikahan memang kadang jadi pembatas atas diri sebagai individu. Mendadak tak lagi punya ruang kamar sendiri, mendadak barang jadi konsumsi publik, bahkan waktu pun kadang tak lagi bisa dinikmati sebagai pribadi yang sendiri.

Kelihatannya sepele ya? Tapi menurut saya ini adalah poin yang menarik dan penting untuk dibahas. Buat saya, waktu pribadi alias me time adalah waktu rehat yang harganya sangat muahal. Di situ, saya jadi bisa kembali menjadi Andini yang suka baca komik, bukan seorang ibu atau istri. Jadi, kadang saya membuat kesepakatan sama mas misua ketika weekend untuk menjaga bocil seharian dan saya berleha-leha sambil gelundungan baca komik Detektif Conan.

Yak, secara keseluruhan kisah drama ini memang berjalan lambat. Karena drama ini menitikberatkan pada pesan-pesan tak langsung lewat perenungan para tokoh utamanya. Banyak dialog yang menurut saya lumayan magis sebagai nasihat atas kehidupan. Saya suka drama ini, jadi ratingnya 4/5.