Stephen King Mr Mercedes

Judul: Mr. Mercedes
Pengarang: Stephen King
Penerbit: Kompas Gramedia 2017
Jumlah Halaman: 685

Teman-teman pasti tahu film IT kan ya? Film tentang badut seram yang meneror anak-anak ini adalah adaptasi dari novel karya Stephen King yang akan saya bahas hari ini.

Buku ini pun mengandung teror yang serupa. Tapi tenang, tidak ada adegan psikopat semacam penyiksaan atau kasus yang berdarah-darah. Buat saya rasa ngeri dalam buku ini berasal dari gambaran tokoh yang dibuat sebagai seseorang yang sosiopat. Di mana ia terlihat sangat normal, berbaur dengan kita semua, dan siapa sangka ia bisa jadi tetangga anda. Hihihihihi *ketawa jahat ala Suzanna.


Blurb

Adalah seorang pensiunan polisi bernama Bill Hodges menerima surat ancaman dari seseorang yang mengaku menjadi pelaku kasus tak terpecahkan yang pernah ia tangani selama masih menjabat.

Kasus tersebut adalah kejadian penabrakan antrian tunawisma di suatu bursa kerja yang menggunakan mobil Mercedes curian. Saat itu korban meninggal ada 8 orang, termasuk bayi di dalamnya, dan ada 3 orang yang menderita cacat permanen. Singkat cerita, kasus itu adalah kasus terparah karena begitu banyak menelan korban tapi tak berhasil diungkap.

Bill Hodges, pensiunan tua, yang saat itu sedang dilanda hasrat bunuh diri, mendapat surat kaleng dari orang yang mengaku sebagai pelaku dari kasus tersebut. Terang saja ia kembali bergairah untuk menggali kasus ini lebih dalam kasus lagi. 

Penyelidikan ia mulai dari rumah pemilik mobil Mercedes yang diketahui ternyata sudah melakukan bunuh diri. Lewat adiknya, Bill Hodges berhasil menggali fakta yang selama ini tersembunyi. 

Teror Psikologis yang Diciptakan Stephen King

Ada satu poin dalam cerita yang mengganggu tidur malam saya, yakni teror psikologis yang digunakan pelaku untuk membuat pemilik mobil Mercedes yang ia curi merasa bersalah kemudian memutuskan untuk bunuh diri. Bagaimana bisa sebuah surat ancaman mengambil peran yang besar dalam pengambilan keputusan seseorang untuk mati?

Ini luar biasa dan saya suka bagian yang ini. Bahwa tanpa kita sadari sepenuhnya, kata-kata memiliki kuasa yang besar dalam menentukan tindakan kita di masa depan.

Diketahui bahwa wanita tua pemilik mobil tersebut mengidap OCD, semacam kegelisahan yang terus menerus. Poin ini yang dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku untuk mengganggu mental wanita tua ini.

Jahat ya? Tapi justru inilah salah satu poin di novel ini yang saya sangat suka. Ketika wanita ini diinterogasi, ia menyatakan dengan pasti bahwa ia membawa serta kunci mobilnya ke dalam rumah. Sementara pihak kepolisian, saat itu Bill Hodges masih menjabat, bersikeras bahwa tak mungkin terjadi pencurian kalau ia tak meninggalkannya di pintu mobil.

Spoiler dikit yak, faktanya adalah wanita itu memang membawa kunci ke dalam rumah, ia tak melupakannya. Surat kaleng dari si pelaku lah yang membuatnya ragu kemudian akhirnya meyakini bahwa kelalaiannya membuat banyak orang meninggal.

Sosok Pelaku sebagai Sosiopat

Sudut pandang dalam buku ini berganti-ganti antara Bill Hodges dan pelaku. Saat bab yang menceritakan pelaku sebagai aku, kita akan dijamu oleh kisah betapa hancurnya keluarga si pelaku. Ia mengalami banyak kekerasan seksual dan bahkan ia pernah melakukan pembunuhan pada adiknya yang cacat. 

Ibunya adalah pecandu alkohol yang sudah sakit-sakitan. Jadi bisa ditebak kan ya mengapa pelaku bisa haus darah dan haus akan eksistensi diri. Ia tak cukup dapat banyak perhatian sehingga ia mencarinya dengan cara begini. 

Sebagai emak-emak, saya cukup puyeng juga baca bab yang ini. Rasanya kita sebagai orang dewasa yang sudah tumbuh dengan normal mesti banyak bersyukur dengan menyediakan lingkungan yang baik pula untuk tumbuh kembang anak-anak kita. #eaaaa reviewnya jadi salfok ke arah parenting nih.

***
Buat yang rada penakut macam saya,  disarankan untuk tidak membaca buku ini menjelang tidur. Bisa mimpi buruk!! 

Btw, buku ini ada di Ipusnas kok, jadi bisa baca gratis *hurraaayy. Selamat membaca Mak emak.