Artikel ini sudah lama banget mau aku garap tapi gak jadi-jadi lantaran sibuk, dan akunya yang emang lagi kecanduan main hape. Aku emang lagi nyandu banget scrolling medsos. Asli nyandu! Tiba-tiba aja sudah sejam, dua jam, benar-benar tidak terasa sama sekali. Makanya, aku mau garap artikel yang membahas bagaimana  mengelola rasa candu menjadi sebuah kegiatan me time yang terkendali. 

Anger Issues dan Kecanduan 


kecanduan anger issue

Artikel ini aku tulis berdasarkan diskusi dengan Chat GPT yang tentu saja berdasarkan pengalaman sendiri yang mendadak bete tiap kali harus ngurus anak dalam keadaan lelah. Peran sebagai orangtua, pekerja, dan seorang ibu, tentu sama sekali tidak mudah untuk dijalani dengan baik. 


Ada saja momen di mana ketika peran ini menuntut perhatian di saat yang sama sehingga diri jadi kewalahan dan akibatnya adalah emosi yang meledak. Hal ini kadang diperparah dengan kegiatan hiburan kita yang gak berisi sama sekali, misal healing dengan main sosmed, scrolling berjam-jam, dengan mengabaikan kebutuhan tubuh untuk diisi. 


Kecanduan apapun dapat menurunkan kemampuan diri untuk mengatur emosi. Tanda bahwa kita sudah kecanduan akan sesuatu adalah mengabaikan tanggung jawab, tidak bisa berhenti meskipun kegiatan ini memberikan dampak negatif, serta terus-menerus merasa gelisah, marah, dan kosong. 

 

What to Do?


Kalau gejala ini sudah terlihat, maka ada beberapa tahapan yang perlu kita lakukan agar kecanduan ini bisa menurun, minimal terkontrol lah. Tahapan awal adalah dengan memberikan batas waktu untuk kegiatan yang membuat candu ini. Setelah itu, cari kegiatan lain yang bisa menjadi alternatif, misalnya dengan olahraga, journaling, atau dengan meditasi. 


Hahaha, aku sendiri mungkin bisa maksain diri olahraga, tapi meditasi… sepertinya enggak. Lebih enak nulis atau sekadar membaca buku pengembanag diri dibandingkan mesti harus meditasi. Mungkin karena aku belum biasa aja. 


Anger Issue dan candu rasanya seperti hubungan sebab-akibat. Biasanya ketika sedang lelah dan ingin mencari hiburan, kegiatan instan dan mudah akan selalu jadi pilihan. Scrolling medsos, pegang hape, tapi… kegiatan ini tidak akan mengisi tangki di dalam diri yang lelah dan kosong. Akibatnya, kontrol diri turun drastis, emosi mudah meluap tanpa batas. Ambyar!


Chat GPT pun membuatkan jadwal dalam seminggu untuk kegiatan pemulihan diri. Mulai dari hari pertama yakni untuk latihan bernapas, lalu hari kedua untuk melakukan sentuhan yang menyenangkan pada tubuh, misal mengoleskan lotion sambil afirmasi positif. Hari selanjutnya menulis diari dan curhatan kekesalan tanpa perlu disaring, melakukan kegiatan bengong tanpa ngapa-ngapain sama sekali, melakukan pelukan kecil, membaca, dan menuliskan harapan untuk masa depan. 


Well, hidup memang begitu, kadang terasa begitu mundur, kadang terasa begitu sesak, kadang terasa begitu berat. Ada kalanya semua hal terasa menekan dan di momen itu aku ingin berubah menjadi batu. Benda tak bernyawa, tak punya tanggung jawab, tak perlu memenuhi ekspektasi siapapun. Lepas dan bebas. 


Tapi, berhubung sudah terlanjur menjadi manusia, maka aku akan menikmatinya sepenuh hati. Aku akan makan makanan kesukaanku, berolahraga sampai badan jadi selangsing Jennie, atau berpetualang dalam gunung tanpa nama.


Baca juga: Gado-Gado Madura [Cerpen]